Pacaran di
zaman sekarang ini sangat mengkhawatirkan, karena banyak orang yang menganggap
aktivitas pacar-pacaran sebagai suatu ikatan seperti layaknya suami isteri
sebelum menikah. Dengan begitu banyak orang yang stress, galau, sedih dan
bahkan sakit jiwa karena hubungan cinta dalam bentuk pacaran. Padahal agama
kita tidak melarang pacaran yang seperti itu sehingga menimbulkan berbagai
keburukan kepada para pelakunya.
Pacaran yang
baik adalah pacaran yang terbatas hanya untuk saling kenal-mengenal satu sama
lain sebelum meningkat ke arah pernikahan. Jika memang sudah cocok satu sama
lain maka bisa berlanjut ke arah pernikahan. Namun jika tidak merasa cocok satu
sama lain harus segera putus dan berpisah agar tidak terlanjut menimbulkan
ikatan batin yang kuat pada salah satu atau pun keduanya. Pacar-pacaran yang
sehat tidak melibatkan nafsu seksual dalam hubungan interaksi satu sama lain.
Menentukan pacar juga tidak boleh didasari atas nafsu syahwat, semata karena
dapat menutup akal sehat seseorang menjadi salah dalam memilih jodoh.
Berikut ini
adalah beberapa peraturan, etika, norma dan sebagainya yang berkaitan dengan
kegiatan pacaran antara laki-laki dengan perempuan (pria dan wanita / cowok dan
cewek) :
1. Hanya
Sebatas Perkenalan
Jangan
pernah menjadikan pacar-pacaran sebagai sesuatu yang istimewa. Pacar tidak
berbeda dari teman, namun teman yang ingin kita kenal lebih detil dan lebih
mendalam secara serius. Apabila cocok bisa berlanjut ke pelaminan dan bila tidak
maka akan tetap menjadi teman yang biasa-biasa saja.
2. Tidak
Melakukan Kontak Fisik
Jangan
melakukan sentuhan-sentuhan secara fisik karena hal tersebut dilarang oleh
agama. Adanya kontak fisik bisa berakibat munculnya nafsu syahwat yang dapat
merusak hubungan yang ada menjadi lebih buruk. Tidak hanya sebatas kontak fisik
saja namun komunikasi dan perilaku yang dapat membuat disinya dan pasangannya
menjadi terangsang juga tidak boleh dilakukan.
3. Tidak
Mengganggu Isteri/Suami Orang Lain
Pacaran
harus dilakukan dengan orang yang belum menikah (gadis/perjaka) atau dengan
yang sudah bercerai (janda/duda). Kecuali bagi perempuan boleh berpacaran
dengan lak-laki menikah yang memenuhi persyaratan untuk poligami serta tidak
menimbulkan keburukan pada istri yang ada, anak-anaknya dan keluarga.
4. Dilakukan
Secara Serius Dengan Tujuan AKhir Menikah
Jika tidak
serius pacaran sebaiknya tidak usah pacaran. Karena jika pasangannya menanggapi
hubungan pacaran tersebut terlalu serius bisa membuat dirinya terluka dan tersiksa
karena cinta yang palsu. Hindari pacaran untuk tujuan pamer, ikut-ikutan trend,
melampiaskan nafsu setan, iseng, balas dendam, main-main, dan lain sebagainya.
Sejak dini harus segera menentukan sikap, apakah lanjut ke jenjang pernikahan
atau selesai cukup sampai di sini saja demi kebaikan bersama.
5. Menjadi
Pacar Bukan Berarti Memiliki
Tidak boleh
mengatur-atur orang yang menjadi pacar. Tidak boleh pula melarangnya untuk
mencari kandidat lainnya karena semua orang yang belum akad nikah masih boleh mencari
yang terbaik untuk dijadikan suami atau isterinya. Kalau sekedar memberi
masukan, nasihat, curhat, berbagi pengalaman, masih diperbolehkan. Kekerasan
fisik maupun mental pun tidak boleh dilakukan sewenang-wenang.
6. Tidak
Sembunyi-Sembunyi dan Menghormati Orangtua
Hindari
pacaran diam-diam alias pacaran back street karena bagaimana pun juga para
orangtua berhak menilai diri kita dan pasangan kita apakah layak untuk
dinikahkan. kalau perlu jelaskan secara baik-baik kepada orang tua kita
mengenai pacar kita dan minta tanggapannya sebelum kita perkenalkan. Orangtua
berhak tidak menyetujui hubungan cinta anak-anaknya jika memang dapat
menjelaskan atau membuktikan bahwa pacar anaknya dapat membawa keburukan
serius.
7. Tidak
Melakukan Keburukan Pada Pasangan
Kepada pacar
beserta keluarganya kita tidak boleh berbohong, berkhianat, berlebihan, dan
berbagai keburukan lainnya. Tidak boleh pula bersifat materialistis yang hanya
mengejar harta dari pasangannya saja. Jika kita menjadi orang yang tidak baik
maka resikonya adalah kita akan diputuskan oleh pacar kita dan nama baik kita
tercoreng di mata orang-orang.
8. Pacaran
Adalah Ujian dan Kompetisi
Kita harus
siap menerima kekalahan dalam hubungan cinta ketika pacar kita lebih memilih
orang lain yang lebih baik dari diri kita. Jangan salahkan orang lain jika
kalah, namun salahkan diri sendiri kenapa dulu tidak maksimal berjuang untuk
mendapatkannya menjadi pasangan hidup sah kita. Segala pengalaman yang ada akan
sangat berguna bagi kita untuk memperbaiki kesalahan kita sehingga tidak
mengulangi kesalahan yang pernah kita lakukan.
9. Tidak
Berpacaran dengan Orang yang Berbeda Agama
Perbedaan
keyakinan kita dengan pacar kita tidak hanya akan menyebabkan penolakan dari
keluarga, namun juga dari negara dan masyarakat luas. Namun boleh-boleh saja
jika pasangan kita ada kemungkinan untuk berpindah keyakinan. Lakukan semua ini
hanya untuk Tuhan kita, bukan yang lain. Jika agama anda tidak melaran
pernikahan berbeda agama, maka berarti anda boleh menikah dengan orang yang agamanya
juga tidak melarang pernikahan beda agama.
10. Bina
Hubungan Baik Dengan Orang Lain
Bina
hubungan yang baik dengan lawan jenis yang mungkin bisa menjadi pasangan hidup
kita (termasuk mantan dan orang yang pernah menolah cinta kita). Jangan hanya
berfokus dengan pacar kita saja karena kita masih berhak untuk memilih yang
lain yang lebih pantas menjadi suami/isteri kita. Jika merasa tidak cocok, maka
segera katakan dengan terus terang untuk memutuskan tidak melanjutkan ke arah
pernikahan dan seterusnya menjadi teman biasa saja.
Semoga
tulisan ini bisa membuat diri kita semua menjadi lebih baik. Apabila ada yang
masukan atau pun tambahan dipersilahkan menuliskan komentarnya di bawah ini.
Terima kasih.
artikel bebas:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar